PERFORM TO REFORM!
Oleh: Muhammad Romadhon Mubarok
Fenomena Generasi Nunduk
(baca: Gadget–oriented) 2017 sudah tak dapat dielakkan. Remaja masa
kini sudah terbawa arus ke-barat-barat-an. Gadget–yang notabene didominasi oleh telepon genggam, seakan-akan telah menjadi
“berhala” bagi remaja seluruh dunia.
Paham, “Lu gak bisa main gadget, Lu gak gaul!” telah menjadi doktrin seantero bumi, tak terkecuali bumi Indonesia.
Tanda-tanda itu pun kian nampak secara dzohir, Demoralisasi telah
merebak menjadi wabah “penyakit” dalam dada seluruh remaja.
Namun, fenomena
bobroknya akhlak para remaja pada dewasa ini, tak perlu kita ratapi atau bahkan
kita tangisi. Kita sebagai Generasi Penerus Bangsa, sudah sepantasnya bangkit
dan berlari. Berlari menuju gerbang kejayaan layaknya Islam di masa dahulu.
Mengingat-ingat
kejayaan Islam pada zaman kenabian, membuat diri ini terpaku dan terharu.
Bagaimana tidak. Mereka yang disebut-sebut sebagai pahlawan Islam, telah sukses
dan berhasil pada usia muda sehingga membuat iri diri ini.
Di usianya yang masih
begitu belia–kurang lebih 15 tahun, Zubair bin Awwam, seorang teman diskusi
Rasulullah SAW, telah sukses menjadi anggota pasukan berkuda, tentara yang
pemberani serta pemimpin dakwah Islam.
Lalu, tatkala usianya
yang baru menginjak 17 tahun, Sa’ad bin Abi Waqash, telah sukses menjadi
pemanah terbaik muslimin serta merupakan lelaki yang disebut-sebut oleh
Rasulullah SAW sebagai Ahlul Jannah.
Kemudian, belum genap
berusia 20 tahun, Usamah bin Zaid, telah sukses menjadi panglima perang melawan
pasukan Romawi di perbatasan Syria dan menorehkan kemenangan yang gemilang
tanpa ada satu pun pasukan muslim yang gugur.
Selanjutnya, di usianya
yang ke-21 tahun, Zaid bin Tsabit, seorang sekretaris Rasulullah SAW, telah
sukses menjalankan tugas Mahaberat serta Mahamulia, yaitu menghimpun wahyu.
Dan masih banyak lagi,
kisah-kisah kesuksesan Sahabat Nabi pada saat ia muda yang membuat decak kagum
dunia, namun sayangnya lembar ini tak cukup menampung seluruhnya. Maka benarlah
pernyataan, “Bagus atau tidaknya suatu peradaban dapat dinilai melalui
pemudanya.” karena pada hakikatnya pemuda merupakan representasi dari
peradaban itu sendiri.
Pemuda masa kini,
Pemimpin masa depan. Lalu pertanyaannya, pemuda yang seperti apa yang dapat
memimpin negeri ini. Negeri yang dijuluki Zamrud Katulistiwa, yakni tanah air
tercinta Indonesia.
Apakah pemuda yang berleha-leha
dan menunda-nunda dalam setiap urusannya. Ataukah pemuda yang rajin dan
visioner terhadap masa depan. Kalian pasti dapat menjawabnya dengan tepat.
Karena pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang tidak sulit. Namun,
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari barulah merupakan suatu hal yang
tidak mudah.
Hidup itu pilihan. You
want to take the good one or the bad one, it’s up to you. Tidak ada
pemaksaan dalam hal ini. Namun ingatlah, salah satu tujuan diciptakannya
manusia adalah untuk menjadi Khalifah (baca: Pemimpin) di muka bumi.
Maka dari semua itu,
marilah kita bergerak seirama. Bangunkan jiwa-jiwa muda kita. Ketuk pintu
hati-hati kita. Keluarkan gagasan dan solusi dari otak-otak jenius kita. Dan
tampil di garda terdepan dengan membawa tombak penghancur kebobrokkan moral
bangsa, alias; Perform to Reform!
0 Comments