A Reminiscence

A Reminiscence



Bicara tentang KUDESO, sejenak saya harus “mengawang” ke  masa dimana saat itu saya masih hanya seorang mahasiswa tingkat 1 yang masih belum menguasai Bahasa Inggris, terutama speaking.  Hanya keinginan kuat untuk bisa berbahasa Inggris yang membuat saya tetap kuliah di jurusan ini, sementara beberapa teman seperjuangan lain memutuskan untuk mengakhiri studinya di jurusan ini, pindah jurusan ataupun totally resign.  Saat itu, ketika sedang duduk manis di sebuah seminar –maklum masih polos, segala macam seminar di ikutin karena takut tidak dapat poin untuk TAK hehehe – saya mendapat pesan singkat dari seorang teman yang kurang lebih isinya adalah “rif, ceuk Pak Lala besok bisa iluan latihan debat teu?” hmmm…. Sejenak saya berfikir, debat yang seperti apa? Saya belum pernah berdebat sebelumnya. Jangankan berdebat, aturannya saja saya tak tahu. Tapi, saya sanggupi saja untuk ikut latihan tersebut. Meskipun, dalam hati saya bertanya-tanya kenapa beliau meminta saya untuk bergabung, sementara saya merasa tidak begitu menonjol di kelas Pronunciation. 

Keesokan harinya, saya bergabung dengan mahasiswa-mahasiswa lain di sebuah greenhouse  di kampus 2 barat.  Disitulah awal perkenalan saya dengan debat, juga dengan Miss Wulan.  Jujur, saya sangat tidak mengerti sama sekali waktu itu. apa yang harus dilakukan, bagaimana cara bermainnya, dan sebagainya. Dengan modal speaking skill  yang masih acak-acakan dan pengetahuan umum seadanya, akhirnya saya menjadi sparring partner tim debat  UNIKU yang pada waktu itu diwakili oleh Miss Wulan dan Mrs. Vina. Ah, jika mengenang memori tersebut terkadang membuat saya bertanya-tanya. Apa jadinya jika waktu itu saya menolak untuk bergabung latihan debat? Apa saya bisa berbicara Bahasa Inggris seperti saat ini? maka dari itu, melalui tulisan ini saya ingin mengucapkan beribu terima kasih kepada Mr. Lala Bumela yang telah “menemukan” saya diantara ratusan mahasiswa PBI saat itu. Uniknya, setelah 4 tahun berlalu, saya baru mengerti kenapa pada waktu itu beliau memilih saya.  Jawabannya adalah insting/intuisi beliau. Ya, insting/intuisi beliaulah yang telah membawa saya menjadi bagian dari KUDESO, juga yang telah membentuk saya menjadi yang sekarang ini . Sekali lagi, saya ucapkan banyak terima kasih kepada Mr. Lala Bumela.

Singkat cerita, Alhamdulillah tim debat UNIKU berhasil menempati peringkat 5 se-Jawa Barat.  Dari situlah saya mulai merasa ketagihan untuk terus berlatih debat.  Hal ini tentu bukan tanpa alasan karena hanya dengan latihan debat selama beberapa minggu saja bisa membuat saya berbicara Bahasa Inggris dengan lancar dan tentu saja cepat. Hehehe… Luar biasa jika dibandingkan dengan kuliah selama beberapa bulan yang mana jenis dan cara penggunaan tenses saja saya masih sangat bingung. Tapi, dengan berdebat semua bisa teratasi tanpa harus belajar grammar secara khusus.  Dari sinilah, saya mulai menyadari bahwa learning by doing lebih efektif dari sekedar dijejali dengan teori yang memusingkan itu.  Bahkan, berbicara di depan kelas pada saat presentasi pun sudah tak lagi jadi masalah berarti. Rapid progress, mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi saya saat itu.

Seiring berjalannya waktu, KUDESO mulai merangkak, berjalan, bahkan di usianya yang masih “balita” sudah berlari untuk mengejar prestasi. Terbukti, sangat banyak prestasi yang sudah kita raih, kita persembahkan untuk kampus tercinta ini.  Namun, apa yang kita dapatkan? Cibiran, sindiran, bahkan tudingan miring yang kita terima. Senaif itukah pikiran orang-orang yang tidak senang dengan eksistensi klub ini? 

Ah, sungguh aneh bukannya di apresiasi ko malah dimusuhi? Bahkan, banyak yang mengatakan KUDESO itu eksklusif. Ya, kita memang eksklusif. Eksklusif untuk yang mau belajar, eksklusif untuk yang mau maju, eksklusif untuk yang mau berusaha, juga eksklusif untuk yang menempa diri menuju ke arah yang lebih baik. Bukan untuk orang yang NATO (No Action Talk Only). 

Namun, Allah memang Maha Adil. Semakin dicibir, semakin harumlah nama KUDESO dimana-mana. Padahal, lembaga pun ikut harum sebetulnya. Tapi, yasudahlah daripada terus berkutat dengan persoalan itu mendingan kita terus melaju, menerjang segala rintangan untuk goal yang lebih besar yakni berpartisipasi dalam kompetisi debat tingkat internasional, SEADO (South East Asia Debate Open). Semangaaaaaattttt!!!! 

Lebih jauh,  klub ini mengajarkan kita indahnya kebersamaan, persahabatan, juga kehangatan dalam hubungan antar-manusia. Kita yang notabene memiliki keinginan masing-masing, ego masing-masing, pemikiran yang berbeda-beda, bisa bersatu dalam satu wadah, KUDESO Excellentia. Ah, romantisme yang terbangun selama hampir 5 tahun ini mudah-mudahan tak lekang oleh waktu. Kalo kata lagu sih “kemesraan ini janganlah cepat berlalu” hehehehe.

Sekelumit cerita ini mudah-mudahan menjadi pelajaran dan juga cambuk bagi kita semua untuk terus maju dan berusaha menjaga konsistensi kita dan juga eksistensi klub ini. Terutama bagi adik-adik tingkat yang belum memutuskan untuk bergabung dengan KUDESO Excellentia ini. Jika ingin maju, tunggu apalagi segeralah bergabung, tapi jika ingin tetap seperti ini, terserah saja. hehehe… 

Akhir kata, saya berpesan kepada seluruh anggota aktif KUDESO dan juga teammate dalam ALPHA team untuk selalu menjaga kekompakan kita. Tetap kompak dan tetap semangat!!!

Tak lupa ucapan terima kasih saya haturkan kepada Mr. Lala Bumela, Miss Wulan Rahmatunnisa, dan Mrs. Nida Amalia yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing kami. Kami tidak bisa membalas apa-apa yang sudah diberikan kepada kami, biarlah ALLAH SWT yang membalasnya dengan balasan yang setimpal. Amin amin Ya Robbal alamin.

Post a Comment

0 Comments